Sepakbola Indonesia telah dijatuhi sanksi oleh FIFA
pada Sabtu 30 Mei 2015. Situasi ini pun ditanggapi beragam oleh para pemain
Arema Cronus. Seperti apa?
Striker Arema, Cristian Gonzales, mengaku terkejut
dengan sanksi yang dijatuhkan FIFA terhadap sepakbola Indonesia. Menurut
Gonzales, sanksi ini akan memakan banyak korban.
"Saya kaget dan tidak percaya. Pastinya,
banyak pihak yang dirugikan dengan sanksi ini," ucap Gonzales.
FIFA menjatuhkan sanksi karena menilai pemerintah
Indonesia sudah campur tangan dalam urusan PSSI.
Di urusan kompetisi, Kemenpora melalui Badan
Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) menggelar verifikasi klub saat Liga Super
Indonesia (ISL) atau QNB League 2015 digelar. Hasilnya, BOPI hanya merekomendasikan
16 klub, Arema dan Persebaya Surabaya tak boleh ikut karena dianggap bermasalah
dengan legalitas.
Rekomendasi BOPI tak ditaati oleh PSSI dan PT Liga
Indonesia selaku operator. Mereka beranggapan bahwa BOPI tak berhak melakukan
verifikasi klub.
Sikap ini kemudian dikecam oleh BOPI dan Kemenpora.
Hingga akhirnya, mereka mengeluarkan SP1 hingga SP3 yang berarti pembekuan
PSSI.
"Sepakbola adalah napas kami. Sanksi ini bisa
memutus napas kami. Pembenahan harusnya tidak seperti ini. Kalau ini namanya
menambah pengangguran. Istri anak dan keluarga akan jadi korban,” kata El Loco
menanggapi konflik yang terjadi antara PSSI dan Kemenpora.
Selain Gonzales, pemain Arema Cronus lain seperti
Samsul Arif juga ikut angkat bicara. Berbeda dengan Gonzales yang memilih
vokal, Samsul justru terlihat bersikap lebih tenang dalam menanggapi sanksi
dari FIFA.
"Harus disikapi dengan bijak, saling
introspeksi. Sepakbola tidak akan mati #Endonesa," tulis samsul di akun
twitternya, @samsul9arif.
Akhirnya ketakutan akan jatuhnya sanksi FIFA untuk
Indonesia menjadi kenyataan. Secara resmi FIFA menjatuhkan sanksinya untuk
Indonesia, via surat resmi per tanggal 30 Mei 2015 waktu Zurich.
Jatuhnya sanksi FIFA untuk Indonesia, adalah hasil dari perseteruan antara PSSI dan Kemenpora. Seperti yang diketahui, Kemenpora secara resmi membekukan PSSI pada tanggal 17 April 2015 lalu.
Lewat keputusannya, Kemenpora tidak mengakui segala bentuk aktivitas yang diselenggarakan oleh PSSI. Hal ini termasuk kepada semua level kompetisi.
Hal ini yang jadi landasan kuat untuk FIFA menjatuhkan sanksinya, karena bentuk intervensi pemerintah lewat Kemenpora.
Hingga saat ini, Indonesia menjadi negara ke-12 yang dijatuhi sanksi oleh federasi sepakbola tertinggi di dunia tersebut. Sebelumnya ada 10 negara yang juga pernah dihukum FIFA akibat intervensi pemerintah.
Berikut negara-negara yang pernah dijatuhi sanksi FIFA:
1. Yunani
Asosiasi Sepakbola Yunani, HFF, dijatuhi sanksi oleh FIFA akibat intervensi pemerintah. FIFA menjatuhkan sanksi untuk Yunani tertanggal 3 Juli 2006. Usai memiliki undang-undang olahraga baru, sanksi untuk Yunani akhirnya dicabut 3 hari kemudian, tanggal 7 Juli 2006.
2. Iran
FIFA menjatuhkan sanksi kepada Federasi Sepakbola Iran IRIFF, tanggal 23 November 2006. Sanksi diberikan karena campur tangan pemerintah terkait Pemilihan Umum Federasi. Usai dilakukan pemilihan ulang, FIFA kemudian mencabut sanksinya kepada IRIFF tanggal 20 Desember 2006.
3. Kenya
Negara Afrika, Kenya, juga adalah salah satu negara yang pernah dijatuhi sanksi oleh FIFA karena intervensi pemerintah. Kenya dijatuhi hukuman selama 5 bulan, periode 25 Oktober 2006 hingga 9 Maret 2007.
4. Kuwait
Campur tangan pemerintah Kuwait dalam pemilihan ketua umum dan anggota Federasi Sepakbolanya (KFA), membuat negara ini juga tak luput dari sanksi FIFA. Kuwait menjalani hukuman dari FIFA periode 30 Oktober 2007 hingga 3 Juni 2009.
5. Ethiopia
Majelis umum Ethiopia memecar Presiden Federasi sepakbola Ethiopia (EFF), Ashebir Woldegiorgis. Hal ini berujung pada jatuhnya sanksi FIFA pada Ethiopia tertanggal 29 Juli 2008 hingga 18 Juli 2009.
6. Madagaskar
Asosiasi Sepakbola Madagaskar FMF, dibubarkan oleh pemerintahnya. Padahal pihak Mahkamah Agung Madagaskar tidak memuluskan langkah tersebut. Akhirnya, FIFA pun dengan tegas memberi hukuman per tanggal 25 November hingga 20 Desember 2008.
7. Peru
Serupa dengan Indonesia, kisruh Federasi Sepakbola Peru dengan pemerintah berujung jatuhnya sanksi FIFA. Peru menjalani sanksi FIFA per tanggal 25 November hingga 20 Desember 2008.
8. Brunei Darussalam
2 tahun Brunei Darussalam mendapat hukukan sanksi dari FIFA. Ini merupakan konsekuensi karena pemerintah Brunei Darussalam membubarkan federasi lama (BAFA) dan membentuk FABD sebagai federasi baru. Usai membentuk kepengurusan baru (NFABD), FIFA pun akhirnya mencabut sanksinya. Brunei mendapat hukuman dari FIFA sejak 30 September 2009 hingga 30 Mei 2011.
9. Irak
Komite Olimpiade Irak memmbubarkan Federasi Sepakbola Irak (IFA), ini berujung pada sanksi FIFA tanggal 20 November 2009. Permasalahan baru bisa dipecahkan empat bulan berselang, sampai akhirnya FIFA mencabut sanksi tanggal 19 Maret 2010.
10. Nigeria
Nigeria adalah negara yang dua kali mendapat sanki dari FIFA. Ini juga merupakan konsekuensi intervensi pemerintah Nigeria terhadap Asosiasi Sepakbola Nigeria (NFF). FIFA menjatuhkan sanksi pertama tanggal 4-8 Oktober 2008. Kemudian Nigeria kembali mendapat sanksi tanggal 9-19 Juli 2014.
11. Kamerun
Kamerun jadi negara Afrika ke-3 yang mendapat sanksi dari FIFA. Seperti negara lainnya, FIFA menjatuhkan sanksi pada Kamerun dengan penyebab yang sama. Sanksi dijatuhkan FIFA pada Kamerun bulan Juni 2013.
Jatuhnya sanksi FIFA untuk Indonesia, adalah hasil dari perseteruan antara PSSI dan Kemenpora. Seperti yang diketahui, Kemenpora secara resmi membekukan PSSI pada tanggal 17 April 2015 lalu.
Lewat keputusannya, Kemenpora tidak mengakui segala bentuk aktivitas yang diselenggarakan oleh PSSI. Hal ini termasuk kepada semua level kompetisi.
Hal ini yang jadi landasan kuat untuk FIFA menjatuhkan sanksinya, karena bentuk intervensi pemerintah lewat Kemenpora.
Hingga saat ini, Indonesia menjadi negara ke-12 yang dijatuhi sanksi oleh federasi sepakbola tertinggi di dunia tersebut. Sebelumnya ada 10 negara yang juga pernah dihukum FIFA akibat intervensi pemerintah.
Berikut negara-negara yang pernah dijatuhi sanksi FIFA:
1. Yunani
Asosiasi Sepakbola Yunani, HFF, dijatuhi sanksi oleh FIFA akibat intervensi pemerintah. FIFA menjatuhkan sanksi untuk Yunani tertanggal 3 Juli 2006. Usai memiliki undang-undang olahraga baru, sanksi untuk Yunani akhirnya dicabut 3 hari kemudian, tanggal 7 Juli 2006.
2. Iran
FIFA menjatuhkan sanksi kepada Federasi Sepakbola Iran IRIFF, tanggal 23 November 2006. Sanksi diberikan karena campur tangan pemerintah terkait Pemilihan Umum Federasi. Usai dilakukan pemilihan ulang, FIFA kemudian mencabut sanksinya kepada IRIFF tanggal 20 Desember 2006.
3. Kenya
Negara Afrika, Kenya, juga adalah salah satu negara yang pernah dijatuhi sanksi oleh FIFA karena intervensi pemerintah. Kenya dijatuhi hukuman selama 5 bulan, periode 25 Oktober 2006 hingga 9 Maret 2007.
4. Kuwait
Campur tangan pemerintah Kuwait dalam pemilihan ketua umum dan anggota Federasi Sepakbolanya (KFA), membuat negara ini juga tak luput dari sanksi FIFA. Kuwait menjalani hukuman dari FIFA periode 30 Oktober 2007 hingga 3 Juni 2009.
5. Ethiopia
Majelis umum Ethiopia memecar Presiden Federasi sepakbola Ethiopia (EFF), Ashebir Woldegiorgis. Hal ini berujung pada jatuhnya sanksi FIFA pada Ethiopia tertanggal 29 Juli 2008 hingga 18 Juli 2009.
6. Madagaskar
Asosiasi Sepakbola Madagaskar FMF, dibubarkan oleh pemerintahnya. Padahal pihak Mahkamah Agung Madagaskar tidak memuluskan langkah tersebut. Akhirnya, FIFA pun dengan tegas memberi hukuman per tanggal 25 November hingga 20 Desember 2008.
7. Peru
Serupa dengan Indonesia, kisruh Federasi Sepakbola Peru dengan pemerintah berujung jatuhnya sanksi FIFA. Peru menjalani sanksi FIFA per tanggal 25 November hingga 20 Desember 2008.
8. Brunei Darussalam
2 tahun Brunei Darussalam mendapat hukukan sanksi dari FIFA. Ini merupakan konsekuensi karena pemerintah Brunei Darussalam membubarkan federasi lama (BAFA) dan membentuk FABD sebagai federasi baru. Usai membentuk kepengurusan baru (NFABD), FIFA pun akhirnya mencabut sanksinya. Brunei mendapat hukuman dari FIFA sejak 30 September 2009 hingga 30 Mei 2011.
9. Irak
Komite Olimpiade Irak memmbubarkan Federasi Sepakbola Irak (IFA), ini berujung pada sanksi FIFA tanggal 20 November 2009. Permasalahan baru bisa dipecahkan empat bulan berselang, sampai akhirnya FIFA mencabut sanksi tanggal 19 Maret 2010.
10. Nigeria
Nigeria adalah negara yang dua kali mendapat sanki dari FIFA. Ini juga merupakan konsekuensi intervensi pemerintah Nigeria terhadap Asosiasi Sepakbola Nigeria (NFF). FIFA menjatuhkan sanksi pertama tanggal 4-8 Oktober 2008. Kemudian Nigeria kembali mendapat sanksi tanggal 9-19 Juli 2014.
11. Kamerun
Kamerun jadi negara Afrika ke-3 yang mendapat sanksi dari FIFA. Seperti negara lainnya, FIFA menjatuhkan sanksi pada Kamerun dengan penyebab yang sama. Sanksi dijatuhkan FIFA pada Kamerun bulan Juni 2013.
12.
Indonesia
Indonesia adalah negara ke-12 yang dijatuhi sanksi FIFA, akibat konfilik PSSI dan Kemenpora. FIFA menjatuhi sanksi kepada Indonesia tanggal 30 Mei 2015 hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Indonesia adalah negara ke-12 yang dijatuhi sanksi FIFA, akibat konfilik PSSI dan Kemenpora. FIFA menjatuhi sanksi kepada Indonesia tanggal 30 Mei 2015 hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Kemenpora akhirnya angkat bicara soal sanksi FIFA
terhadap sepakbola Indonesia. Anehnya, Kemenpora justru mempertanyakan
keabsahan surat sanksi yang dikirimkan FIFA kepada PSSI.
Seperti dilansir situs resmi Kemenpora, mereka
mengaku menemukan kejanggalan dalam substansi surat yang dikirimkan FIFA kepada
PSSI. Kejanggalan tersebut berasal dari aspek gramatikal.
Kesalahan seperti ini membuat Kemenpora
bertanya-tanya tentang kredibilitas FIFA. Mereka meragukan tentang keaslian
surat tersebut.
"Kami menemukan ada kejanggalan di beberapa
bagian surat dari aspek gramatikal. Ini menyangkut kredibilitas FIFA itu
sendiri dalam mengambil keputusan yang sangat krusial terhadap nasib keberadaan
salah satu anggota federasinya," begitu pernyataan resmi Kemenpora di
situs resminya, Minggu 31 Mei 2015.
FIFA resmi menjatuhkan sanksi kepada Indonesia per
Sabtu 30 Mei 2015. Sanksi yang diberikan otoritas tertinggi sepakbola dunia
tersebut tak punya jangka waktu pasti.
Indonesia hanya diminta untuk menyelesaikan urusan
sepakbola dalam negerinya. Dalam suratnya, FIFA juga sudah memberikan cara agar
sanksi tersebut bisa dicabut.
Kemenpora mengaku ikut bertanggung jawab atas
sanksi yang diberikan FIFA terhadap Indonesia. Mereka menuturkan akan mengambil
langkah strategis terkait persoalan ini.
"Dijatuhkannya sanksi oleh FIFA terhadap PSSI
sama sekali tidak kita hendaki bersama. Namun demikian, pemerintah merasa
bertanggung-jawab terhadap masalah dijatuhkannya sanksi oleh FIFA kepada PSSI.
Pemerintah tidak abai untuk harus segera melakukan sejumlah langkah strategis
sebagai konsekuensi dari sanksi tersebut," lanjut pernyataan Kemenpora.
"Kemenpora akan bersinergi dengan berbagai
lembaga terkait untuk segera menyempurnakan Blue Print pembenahan sepakbola
nasional dalam waktu secepatnya, sehingga dapat diperoleh grand strategy
yang lebih komprehensif, transparan, objektif, dan dengan target total prestasi
yang signifikan dalam penataan ulang sistem pengelolaan persepakbolaan nasional
Indonesia," tulis pernyataan itu.
Dampak dari jatuhnya sanksi FIFA terhadap Indonesia
sangat luas. Timnas Indonesia di semua level dipastikan tak bisa melakoni
pertandingan internasional, selama sanksi belum dicabut.
Satu-satunya yang bisa berlaga di ajang
internasional adalah timnas Indonesia U-23. Itu juga hanya di event SEA
Games 2015. Jika sanksi belum dicabut hingga SEA Games usai, timnas benar-benar
libur dari ajang internasional.
Kemudian, di level klub juga mengalami hal yang
sama. Persipura Jayapura hampir dipastikan terhenti langkahnya di babak 16
besar AFC Cup akibat sanksi ini.
Dengan situasi ini, otomatis kegiatan para pemain
pun terhenti. Sebab, hingga sekarang roda kompetisi tak kunjung juga
digulirkan.
Selain timnas dan klub, para pelatih juga menjadi
korban. Mereka dipastikan tak bisa mengikuti kursus-kursus yang diselenggarakan
FIFA dan AFC selama sanksi belum dicabut.
"Memang Statuta FIFA harus kita hormati,
tetapi pengalaman pahit ini memberi pelajaran pada kita semua, bahwa loyalitas
pada FIFA harus dilakukan secara proporsional. Tidak ada sesungguhnya niat
pemerintah untuk melakukan intervensi sedikit pun, karena serangkaian kebijakan
yang dilakukan Kemenpora akhir-akhir ini semata-mata sebagai terobosan agar ada
terapi efektif untuk meningkatkan kualitas persepakbolaan nasional
Indonesia," begitu bunyi pernyataan penutup Kemenpora.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar