Hasil uji laboratorium tentang beras plastik yang ramai diberitakan dalam beberapa hari terakhir diminta untuk segera diumumkan pemerintah.
Sekitar
sepekan setelah penemuan beras plastik di salah satu pasar tradisional di
Bekasi, Mabes Polri hingga Senin malam (25/05) masih meneliti sampel beras
plastik bersama dan BPOM dan IPB.
Penelitian
serupa yang dilakukan sebuah BUMN sudah mengukuhkan bahwa beras yang ditemukan
di Bekasi adalah beras plastik.
Sejauh
ini polisi belum menerima laporan mengenai beredarnya beras plastik di daerah
lain, kata juru bicara Mabes Polri Kombes Polisi Agus Rianto.
"Belum
menemukan di tempat lain, kemarin ada informasi di salah satu kabupaten di Jawa
Barat tetapi kita telusuri belum ada dan kita sudah memberikan sampel kepada
pihak terkait tetapi belum ada hasilnya," jelas Agus.
Dugaan
peredaran beras plastik ini jelas membuat para pedagang maupun konsumen
khawatir, seperti yang ditemui BBC Indonesia di Pasar Gondangdia, Jakarta
Pusat, hari Senin.
Salah
seorang pedagang beras di pasar tersebut, Liani Megawati, mengatakan pekan lalu
petugas dari Kementerian Pertanian dan Kementerian Kesehatan sudah mengambil
sampel beras yang dijualnya.
Kita memasang spanduk dan memeriksa beras di pasar
ini agar konsumen tidak resah. Priatna
"Iya
sudah diambil tetapi tidak ditemukan ada beras plastik, tapi ya kita waspada
melihat ciri-cirinya yang tidak mudah patah, walaupun sulit juga ya karena
dicampur," kata Mega.
Tidak mudah patah
Sementara
pedagang nasi di pasar yang sama, Hana, mengatakan kini lebih hati-hati dalam
membeli beras.
"Ya
kita lebih berhati-hati. Kita tanya ke penjualnya apakah dicampur plastik atau
tidak berasnya, kan kasian yang makan kalau ada beras plastiknya. Sampai
sekarang sih tidak ada," kata dia.
Sementara
Kepala PD Pasar Gondangdia, Priatna, mengatakan pencegahan peredaran beras
plastik dilakukan dengan pengecekan ke pedagang dan juga pemasangan spanduk.
"Kita
memasang spanduk dan memeriksa beras di pasar ini agar konsumen tidak
resah," kata Priatna.
Pemerintah
meminta konsumen agar tidak khawatir dan tidak membesar-besarkan kemungkinan
peredaran beras plastik.
Menteri
Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo, bahkan mengeluarkan tudingan isu beras plastik
digulirkan pihak-pihak tertentu untuk merongrong pemerintah.
Spanduk di Pasar Gondangdia, Jakarta, memastikan
produk beras yang dijual kepada konsumen.
Apapun
alasannya, dugaan peredaran beras plastik -yang ciri-cirinya antara lain tidak
mudah patah, berwarna sangat putih, dan tanpa serat- Ketua Harian YLKI, Tulus
Abadi, menegaskan masyarakat seharusnya diberi kepastian secepatnya dengan
segera mengumumkan hasil penelitian.
"Masyarakat
harus diberi tahu apakah memang kejadian hanya di Bekasi atau ada potensi
kejadian di tempat lain, itu harus dibuktikan dengan sampling dari
berbagai titik paling tidak di Jabodetabek dulu. Paling tidak pasar itu aman,
uji laboratorium paling tiga atau empat hari, jangan sampai menunggu terlalu
lama," kata Tulus.
Peredaran
beras plastik terungkap melalui seorang pedagang bubur di Bekasi yang
mengunggah foto beras plastik yang telah dimasak dan menyampaikan keheranannya.
PT
Sucofindo, perusahaan BUMN, kemudian meneliti beras itu dan mengungkapkan
kandungan plastik bahan pembuat pipa dan kabel terdapat dalam beras tersebut.
Bagaimanapun
hingga kini belum diketahui asal usul beras, tetapi wakil menteri perdagangan
Cina telah menyatakan akan membantu Indonesia untuk melacak asal beras.
Presiden Joko Widodo akan menggelar rapat terbatas bersama sejumlah menteri
dan pejabat terkait di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (26/5/2015). Rapat akan
secara khusus membahas temuan beras plastik."Besok (hari ini), Presiden akan ada rapat bersama menteri, BPOM, dan Polri khusus bahas beras plastik. Jadi tunggu hasilnya," ujar Menteri Perdagangan Rachmat Gobel di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (25/5/2015).
Gobel mengatakan, BPOM nantinya akan menyampaikan hasil uji laboratorium ke Presiden. BPOM sebelumnya sudah menyatakan bahwa hasil uji laboratorium terhadap sampel beras plastik sudah selesai dan telah diserahkan ke kepolisian untuk diusut. (baca: Kapolri Bentuk Tim Khusus untuk Usut Beras Plastik)
Menurut Gobel, hingga saat ini Kementerian Perdagangan belum menemui kasus beras plastik lainnya. Bekasi, menjadi satu-satunya lokasi penemuan beras yang kabarnya mengandung bahan plastik itu.
Dia juga memastikan bahwa beras plastik itu bukanlah hasil dari impor beras yang dilakukan pemerintah. (Baca: Jokowi Minta Kasus Beras Plastik Jangan Dibesar-besarkan)
"Kita belum pernah terbitkan izin impor beras," ucap Gobel.
Pria yang merintis karier sebagai pengusaha barang elektronik itu mengaku sudah pula menanyakan soal beras impor ini ke Menteri Perdagangan Malaysia dan Menteri Perdagangan Tiongkok. Mendag Malaysia menyatakan bahwa beras itu bukan berasal dari mereka. Demikian pula dengan Tiongkok.
"Di Tiongkok, hanya ada satu perusahaan BUMN mereka yang melakukan ekspor beras. Tapi mereka pastikan beras itu bukan punya mereka," ucap Gobel.
Saat ditanyakan apakah kemungkinan beras plastik itu diproduksi dalam negeri, Gobel menyatakan, masih harus ada pengkajian mendalam. Pasalnya, pemerintah melihat ada keganjilan dari temuan beras plastik ini. (Baca: Mentan: Beras Plastik Tidak Mungkin Menguntungkan)
"Harga plastik itu lebih mahal daripada beras. Jadi kalau dicampurkan, bukannya untung, malah rugi. Makanya ini ada motif apa, yang harus ditelusuri," papar dia
Dugaan
adanya beras plastik atau sintetis dianggap
sudah selesai oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Pasalnya, dari uji yang telah
dilakukan, tidak terdapat bukti kandungan plastik pada beras yang diduga
sintetis tersebut.
"Saya
rasa soal beras plastik ini sudah clear. Intinya metode uji sudah kami
sampaikan. Apakah mengandung plastik? Tidak," kata Kepala BPOM Roy
Sparingga saat ditemui di kantornya, Kamis (28/5/2015).
Ia
melanjutkan, telah menggunakan standar referensi dalam melakukan pengujian
beras plastik terrsebut. Hasilnya, tidak terdapat tanda-tanda adanya kandungan
plastik dalam pengujian sampel tersebut.
"Nah
yang lain-lainnya kita lihat juga apa titik lelehnya, dengan alat namanya DSC,
itu juga dilihat titik lelehnya di mana. Membuktikan tidak ada plastik,"
jelas Roy.
Selain
itu, pihaknya juga memperkuat dengan uji kesetaraan substansi dengan beras
standar. Hasilnya, kandungan makro seperti protein, karbohidrat, dan lemak,
tidak berbeda antara beras yang diduga sintetis dengan beras normal.
"Sampelnya
ya yang ada di TKP (Tempat Kejadian Perkara), kemudian ditambah lagi kami dapat
sampel dari Kapolri sampel yang diambil dari Sucofindo. Hasilnya sama,"
tambah Roy.
Selain
itu, ia mengaku beberapa laboratorium juga sudah melakukan pengujian beras
plastik dengan hasil yang serupa seperti dari Kementerian Perdagangan, pihak
kepolisian, Kementerian Pertanian dan BPPT.
(rzy)
Menyikapi isu peredaran beras plastik, Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi
Partai Keadilan Sejahtera (FPKS), Andi Akmal Pasluddin, mendorong pembentukan
Panitia Khusus (Pansus) tentang beredarnya beras plastik."Karena hal ini bukan hal sederhana yang dibayangkan orang. Ini kita dorong supaya ini menjadi kepedulian semua pihak, Komisi III dengan hukumnya, Komisi VI dengan perdagangannya, sehinga tidak hanya menjadi kepedulian Komisi IV," kata Andi Akmal dalam siaran pers yang diterima VIVA.co.id, Rabu 27 Mei 2015.
Menurut Politisi asal Sulawesi Selatan itu, terkesan ada sebuah desain besar yang berbahaya bagi ketahanan pangan. Secara ekonomi beras plastik ini harusnya lebih mahal dari beras biasa. Tapi di lapangan ternyata lebih murah.
"Oleh karena itu, saya kira kepentingannya bukan sekadar kepentingan bisnis, tapi juga ada kepentingan lain yang bisa merusak ketahanan pangan dan merusak kondisi ketenteraman masyarakat," ujarnya.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan beredarnya beras plastik. Pertama, lanjut Andi Akmal, bisa dikarenakan adanya mafia yang menginginkan agar Pemerintah melakukan impor beras. Kedua, adanya upaya-upaya politik untuk membuat kegaduhan, sehingga masalah-masalah besar dan penyimpangan-penyimpangan yang ada tidak terangkat.
"Sehingga masyarakat disibukkan dengan isu-isu yang sengaja diciptakan," ujar dia.
Andi Akmal mengemukakan, Komisi IV juga mendesak Pemerintah segera menyelidiki dan menuntaskan masalah beras plastik.
"Agar tidak terjadi perdebatan yang berlarut-larut," katanya.
Tersebarnya beras plastik di beberapa wilayah, sontak membuat warga DKI Jakarta, kaget dan enggan untuk membeli panganan pokok tersebut. Dari informasi yang diberikan, selama sekitar satu hari, DKI Jakarta mengalami penurunan penjualan beras.
“Sempat Minggu lalu, selama satu hari itu menurun, karena ada isu beras plastik,” ujar Kepala Biro Perekonomian DKI Jakarta, Adi Ariantara, Rabu 27 Mei 2015.
Menurutnya, warga kaget dengan beredarnya pemberitaan tersebut, namun keadaan tersebut kembali normal pada hari berikutnya. “Setelah sehari stabil, lagi kok pembeliannya, tidak ada pengaruh,” kata Ari.
Walaupun hingga saat ini warga masih ditakuti dengan bahan pokok berbahaya tersebut, namun pembelian dan penjualan beras masih dalam tahap normal, seperti sediakala karena beras memang merupakan bahan pokok seluruh warga masyarakat Indonesia.
Mengantisipasi beras plastik, Ari telah menyediakan penambahan suplai sebanyak empat persen dibandingkan sebelumnya. “Kita siap,” katanya.
Diketahui dari Ari, hingga hari ini, DKI Jakarta belum menerimakan laporan mengenai kabar beras plastik yang ada di pasar, toko maupun kelontong. (asp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar